Thursday, April 25, 2013

Menambal Pondasi Yang Hilang

Ikatan ukhuwah tidak hanya dicapai melalui pendekatan emosional, kuantitas interaksi antar kader, games, dan rihlah namun bisa dilakukan dengan cara-cara yang lebih kreatif. Forum-forum diskusi adalah sebuah terobosan baru untuk mengikat ukhuwah antar kader.

Kamis, 25 April 2013 merupakan gebrakan ter-anyar di KAMMI kususnya bagi penulis sendiri yang masih haus akan keilmuan baik keislaman maupun non keislaman. Diskusi yang diusung oleh Kadept KP KAMMDA Kota, bang Robert, dengan tujuan membudayakan diskusi malam hari dan meng-upgrade daya keintelektualan kader-kader KAMMI. 

Dalam diskusi ini, mengusung tema "Agama Sebagai Bentuk Alienasi Karl Marx", yang dipimpin oleh Ahmad Zaenuri mahasiswa pascasarjana UIN SUKA dan dimoderatori oleh Ali Hasibuan. Diskusi yang dihadiri oleh Ilman, adi Nugroho, Fadli Kadir, Bang Umar, Dharma Setiyawan, Robert, Ahmad Zaenuri dan penulis sendiri awalnya bersifat formal dan berfokus pada pembahasan seputar pandangan Karl Marx terhadap agama, kemudian tanpa sadar berubah menjadi diskusi terbuka. Penulis menganngap bahwa diskusi ini sangat baik untuk menambah cakrawala pengetahuan. 

Awalnya penulis masih bisa menangkap pembicaraan diskusi ini namun semakin malam diskusi ini semakin berat untuk diserap, ibarat sebuat termometer yang sudah tidak mampu mengukur panas tubuh yang akhirnya pecah. Itulah perumpamaan kondisi penulis ketika mengikuti diskusi tersebut. Pada akhirnya diskusi santai ini berujung pada sebuah kesepakatan bersama untuk membentuk diskusi rutin, yang nantinya diharapakan kader-kader KAMMI UIN SUKA menjadi basis pemikiran Islam Kususnya di Yogyakarta. UIN yang notabennya kampus Islam seharusnya bisa menjadi rujukan bagi kampus-kampus di Jogja di dalam mengkaji pemikiran tokoh-tokoh Islam. 

Di era globalisasi yang serba instan, tokoh-tokoh Barat seperti, Karl Marx, Sigmund Freud, Emile Durkheim dan lain-lainnya masih dijadikan poros kerangka berfikir sebagian muslim dan non muslim. Hal ini menjadikan motivasi penulis dan kawan-kawan untuk kembali memunculkan cendekiawan-cendekiawan muslim ke permukaan pemikiran umat Islam dan non Islam yang digunakan sebagai metode analisis dalam menemukan solusi dari masalah-masalah yang kompleks. Seperti, Ibnu Khaldun, Hasan Albana, Al Farabi, Sutan Syahrir, Agus Salim, Tan Malaka, Hamka, M. Natsir dan cendekiawan muslim lainnya. Dan Barat bukan lagi dijadikan patokan utama di dalam menganalisis permasalaha-permasalahan sosial yang terjadi. Tetapi yang dijadikan sebagai pisau analisis adalah cendekiawan-cendekiawan muslim. Sisi-sisi keintelektualan yang pernah dibangun oleh Rijalul Umam, Amin Sudarsono, Yusuf Maulana Dkk perlu dibangkitkan lagi dari tidur panjangnya. Dimana  KAMMI Jogja terkenal dengan keintelektualan 

Nantinya diskusi ini akan dikaji sesuai dengan basic keilmuan masing-masing. Misal mengkaji Hasan al Bana dari segi pendidikan, ekonomi, budaya, hukum, politik, pers, komunikasi dll. Ini merupakan langkah yang sangat baik untuk mengakarkan basic pemikiran Islam di KAMMI Komsat UIN ini. . Kemudian juga diskusi ini menambah kedekatan emosional antar kader dikarenakan semakin intensnya komunikasi yang dibangun dalam rangka betukar pikiran. Dalam komunikasi, semakin banyaknya tingkat komunikasi yang dibangun maka akan semakin banyak persamaan-persamaan yang pada akhirnya interaksi akan semakin efektif. Inilah nilai-nilai ukhuwah yang bisa penulis dapatkan atas forum diskusi yang sifatnya kultural.

Penulis mengharap temen-temen KAMMI UIN bisa mengikuti diskusi ini kususnya ikhwan karena waktunya juga bada isya... InsyaAllah bermanfaat... : )


Read More

Wednesday, April 10, 2013

Peluang Berharga


Sungguh luar biasa ketika  berkumpul dan sharing-sharing bersama orang-orang hebat, teman-teman yang super. Inilah pengalaman baru yang saya dapatkan di kampus. Kuliah merupakan tujuan utama ketika menginjakan kaki di Yogyakarta ini namun, setelah 1 tahun berproses di lingkungan UIN Sunan Kalijaga ternyata mengharuskan saya berpikir kembali, "Apakah di Jogja ini cuma untuk kuliah?" Jawabnya: "Tidak" Mengapa? 

Ada banyak hal yang membuat saya untuk berpikir kembali tentang tujuan yang sebenarnya ada di Jogja ini diantaranya :
Jogja merupakan sebuah provinsi yang memiliki banyak kelebihan dari berbagai bidang. Misal, ketika mencari wawasan keilmuan, bukan hanya lewat kampus melalui materi mata kuliah yang setiap hari disampaikan dari dosen-dosen. Wawasan keilmuan ini juga bisa saya dapatkan lewat diskusi-diskusi bersama teman-teman sekelas atau lewat organisasi. Ketika kita mencari wawasan ke Islaman bisa saya dapatkan melalui kajian-kajian menyebar di Kota Yogyakarta dan sekitarnya misalnya, kajian di Masjid Nurul Asri, Masjid Jogokarian, Masjid Mardiyah, FOR-ID dan kajian-kajian lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Yogyakarta.

Kemudian dalam hal bisnis di Yogyakarta sangat prospek untuk mengembangkan entrepeneur bagi yang menggelutinya untuk mulai mandiri dalam hal perekonomian. Beranjak kebidang pariwisata, di Yogyakarta pun memiliki banyak refrensi tempat-tempat untuk berekreasi baik individu maupun rame-rame. Misalnya, Pantai Parangtritis, Sadeng, Indrayanti, Baron, Goa Cemara, Kukup, Sundak, Depok dan lain-lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu karena saking banykanya tempat. Kalau mau yang lebih ekstrim bisa mendaki Gunung Merapi, Goa Pindul, Goa Jomblang, Goa Kalisuci, Goa Cerme, Goa Seropan dan lain-lain. dan berbagai macam tempat wisata di Yogyakarta. 

Selain itu di Yogyakarta juga merupakan tempat 'Wisata Pustaka' yang memang sangat bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi, siswa SMA, SMK sederajat serta masyarakat umum yang sedang mencari Ilmu. Ada  banyak refrensi toko buku yang tersebar di Yogyakarta misalnya, Toko Buku Gema Insani Pers, Pro-U Media, Toga Mas, Gramedia, Mizan, Lkis, Shoping Book, Kopma UIN SUKA, Social Agency dan berbagai macam toko buku yang tersebar di wilayah Jogja yang menjual buku-buku penerbit terbaik yang sangat bermanfaat untuk menambah wawasan. Disamping itu di Jogja terdapat banyak penerbit buku yang selalu mengeluarkan buku-buku yang berkualitas seperti, Gema Insani Pers, Pro-U Media, Kompas, Pustaka Pelajar, Lkis, Mizan, Ash-Shaff dan lain-lain. 

Inilah yang membuat saya betah di Jogja. Dengan demikian saya merubah tujuan di Jogja ini bukan hanya untuk kuliah, melainkan juga untuk menambah, memperdalam, dan mengamalkan ilmu-ilmu yang saya dapatkan baik melalui diskusi, kajian, membaca buku, serta melalui materi kuliah. Selain diskusi mengikuti kajian, membaca buku saya juga mengikuti organisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasisiwa Muaslim Indonesia). Organisasi yang sangat memberikan banyak pengalaman dan pelajaran yang bisa saya ambil dan manfaatkan, seperti, Bakti Sosial, rapat, silaturahim dengan tokoh-tokoh, menyampaikan aspirasi dengan aksi, menambah jaringan, melatih retorika berbicara dan berkumpul dengan orang-orang yang luar biasa. Dengan mengikuti organisasi ini akan memberikan pelajaran yang nantinya akan bermanfaat ketika lulus kuliah dan terjun kemasyarakat. Karena dinamika yang ada di masyarakat kurang lebih hampir sama dengan berorganisasi. Jiwa sosialah yang nantinya akan dibutuhkan di masyarakat yang sebelumnya sudah didapatkan dalam organisasi. Disamping itu saya juga berusaha membangun FOR-ID (Forum Intelektual Dakwah) sebuah forum berbasis intelektual dan dakwah yang berdiri di Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga. Sebuah forum diskusi yang menawarkan tentang diskusi seputar ke Islaman diantaranya Aqidah dan Pemikiran Islam dan Syari'ah. Dan diskusi tentang Riset Sosial.

Mudah-mudahan dengan proses yang saya lakukan sekarang ini bisa menjadi bekal baik ruhani maupun jasmani untuk kedepannya, baik untuk diri sendiri dan masyarakat sekitar. Dan saya selalu memohon kapada Allah SWT agar selalu diberi kekuatan di dalam mencari Ilmu dan mengamalkannya dan selalu memohon Allah SWT agar aktivitas-aktivitas yang saya lakukan bersama teman-teman bisa diridhoi-Nya. Dan diberi keistiqomahan di dalam menyampaikan risalah Nabi Muhammad saw bersama teman-teman. Amin
Read More

Total Pageviews

Popular Posts