Tuesday, May 28, 2013

Bahasa Indonesia dan Ketahanan Nasional


A. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam Pendidikan
            Melihat sejarah sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 terdapat tiga panji yang sampai hari ini masih didengungkan setiap memperingati hari sumpah pemuda. Panji-panji yang dicetuskan oleh persatuan pemuda-pemuda Indonesia menjadi batu loncatan bangsa Indonesia untuk bersatu padu menghadapi kolonialisme Belanda melalui bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
            Butir ketiga dari konsep sumpah pemuda yang berbunyi “Kami poetra dan  poetri Indoenesia mendjoendjoeng bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”, menjadi alat pemersatu bagi Indonesia yang terdiri dari berbagai macam bahasa daerah. Bagaimana jadinya jika orang Sunda berbicara dengan Orang Nusa Tenggara Barat yang masing memiliki bahasa daerah tersendiri. Tentunya komunikasi antar dua orang tersebut tidak nyambung. Jadi sungguh luar biasa pemuda-pemuda Indonesia yang saat itu mampu menyatukan tekad dan visi untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
            Hal ini bertolak belakang dengan negara tetangga Indonesia, yang selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh karenanya bahasa Indonesia menjadi bagian dari ketahanan nasional yang harus dijaga. Seperti penjelasan sebelumnya, penulis akan memaparkan penjelasa mengenai penerapan politik bahasa Indonesia dalam ketahanan nasional dari perspektif pendidikan.
Ketahanan nasional ini meliputi politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan sebagainya. Pendidikan merupakan bagian dari ketahanan nasional yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara, guna mencerdaskan masyarakat yang ada di dalam suatu negara. Bahasa Indonesia tidak bisa dijauhkan dari institusi pendidikan.   Salah satu hasil dari “Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975,  dikemukakan di dalamnya bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern[1].
Kadudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan pendidikan nasional adalah :
- Sebagai mata pelajaran pokok
- Bahasa pengantar disemua jenis dan jenjang sekolah
B. Hal-hal yang Mempengaruhi Pengembangan Bahasa Indonesia
a. Kualifikasi tenaga pengajar yang dipertanyakan
Berdasarkan kegiatan kebahasaan yang penulis lakukan melalui MLI Komisariat daerah Gorontalo bekerja sama dengan Dinas PDK Kotamadya dan Kabupaten Gorontalo, dapat diambil simpulan bahwa guru lebih banyak mengajarkan teori daripada praktik berbahasa. Hal yang ingin disarankan di sini, yakni mutu guru BI sebaiknya ditingkatkan. Selain itu, guru SD yang setiap  hari bertindak sebagai guru kelas sebaiknya ditinjau kembali[2].
Melihat data di atas keprofesionalan pengajar sahrusnya manjadi syarat utama untuk keberlangsungan pendidikan Indonesia. Bukan hanya sekedar menyampaikan secara teori tapi juga mempraktikan kepada siswa bagaimana menggunakan bahasa Indonesia secara benar. Dengan mencontohkan kepada siswa maka bahasa Indonesia akan lebih tertanam dalam benak siswa. Ini berlaku pada semua tenaga pengajar baik, TK, SD, SMP,SMA dan Perguruan Tinggi.
Bukan hanya pada tataran praktis dan teori saja. Seorang tenaga pengajar juga bisa menterjemahkan kalimat-kalimat bahasa asing ke bahasa Indonesia. Dengan kemampuan tenaga pengajar yang mumpuni maka mata pelajaran bahasa Indonesia bisa tersalurkan dengan baik kepada siswa. Jadi posisi guru dalam politik bahasa indonesia kaitannya dengan pendidikan pengaruhnya sangat besar. Banyak sekali pengalaman yang kurang menyenangkan siswa, lebih-lebih kalau pelaksanaan pengajaran dilakukan secara tradisional, sisiwa pada umumnya pasif saja, dalam arti kata: duduk dengan sikap yang baik mendengarkan keterangan-keterangan guru, mencatat keterangan-keterangan itu, mengingat-ingatnya, dan memberikan jawaban yang sama betul dengan yang diterangkan jika ditanyakan guru. Sikap bosan yang sangat menghambat mereka lancar dalam belajar Bahasa Indonesia[3].
b. Sarana Pendidikan
Selain peran guru yang sangat penting, tetapi perlu adanya fasilitas yang disediakan lembaga sekolah guna menunjang metode pengajaran bahasa Indonesia, diantaranya:
1. Pengadaan buku pelajaran dan buku bacaan Bahasa Indonesia
2. Pemanfaatan perpustakaan
3. Pendayagunaan ruangan-ruangan latihan ber-Bahasa Indoensia, seperti: Laboratorium BI, ruang pentas keunggulan pemakaian bahasa, runag sastra Indonesia, dan sebagainya.
4.Penggunaan alat-alat teknologi modern, seperti : tape, radio, TV, LCD Proyektor dan sebagainya[4].
            Sarana pendidikan ini sangat mempengaruhi guru dalam menyampaikan materi bahasa Indonesia dan siswa dalam menerima materi dari guru tersebut. Sayangnya hal ini juga menjadi persoalan yang belum tuntas hingga saat ini, pasalnya masih banyak siswa yang harus melewati sungai ketika berangkat, tidak jarang siswa juga harus belajar dengan kondisi bangunan yang hampir roboh. Fenomena ini terjadi di daerah terpencil.
            Inilah yang menghambat proses belajar sisiwa dalam memperdalam pengetahuannya pada bahasa Indonesia. Sehingga mengakibatkan minat belajar sisiwa yang menurun.
c. Sikap apatis pelajar terhadap penggunaan bahasa indonesia dalam institusi pendidikan
Sikap apatis yaitu sikap kurang antusias, bahkan tidak tertarik terhadap suatu hal. Dalam Bahasa Indonesia sikap apatis sering ditunjukkan dengan tidak menggunakan bahasa yang tidak baik dan benar.
Bangsa Indonesia saat ini lebih melestarikan budaya negara lain ketimbang budaya sendiri. Termasuk dalam penggunaan bahasa asing. Menjamurnya tempat kursus atau tempat les bahasa Inggris. Ini mengindikasikan bahwa bahasa Inggris telah mendapat perhatian lebih dibanding bahasa negara sendiri. Alhasil,  penggunaan bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional kini telah meredup oleh gemerlap bahasa asing. Sikap apatis terhadap bahasa Indonesia semakin nampak.Orang-orang lebih senang mencampur adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris atau bahkan tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Penyebabnya, kebanyakan diantara kita berpikir bahasa Indonesia adalah bahasa yang tidak gaul dan tidak keren.
 Lembaga pendidikanpun berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan sebagai sekolah bertaraf internasional. Dimana bahasa pengantar yang digunakan, menggunakan bahasa Inggris. Sementara itu, dalam pola pikir  siswa-siswi sekarang ini kedudukan bahasa Indonesia sangatlah rendah jika dibanding dengan bahasa Inggris. Salah satu buktinya jam mengajar untuk mata pelajaran bahasa Inggris acap kali ditemukan lebih banyak “menelan” waktu dibanding mata pelajaran bahasa Indonesia.
di tengah Indonesia yang sedang ingin membangun citra sebagai negara yang kaya akan bahasa, namun kebanggaan memakai bahasa Indonesia ternyata memalukan. Kita seolah-olah tidak memiliki rasa bangga akan budaya kita sendiri. Bisa saja, kita tidak paham bahwa dengan sikap seperti itu perlahan-lahan akan mematikan pemakaian bahasa Indonesi
Bahasa Indonesia adalah Penguat Nasionalisme, Bukti Kebudayaan. perkembangan bahasa Indonesia menjadi bukti bahwa jiwa nasionalisme kita juga perlu dipertanyakan. Sejumlah ahli membenarkan akan pernyataan tersebut. Salah satunya, Eli kedouri, berpendapat bahwa persatuan bahasa juga sebagai landasan nasionalisme. Alasannya, dikarenakan bahasa adalah media penyampai-dapat berupa gagasan dan lainnya-yang bisa menghubungkan dan mengikat banyak orang dalam kesatuan (Eli kedourie, 1960: 19-20).
Solusi untuk meningkatkan pengembangan bahasa Indoensia
1. Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia. Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Apabila pola pendidikan terus mengikuti pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan berpengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah.
2. Peranan perpustakaan sekolah perlu ditingkatkan dan buku-buku dilengkapi. Guru perllu ditatar untuk menjadi guru pustakawan.
3. Meningkatkan pembinaan guru bahasa Indonesia, untuk mendapatkan guru dengan baik. Yaitu dengan penataran dalam keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, serta penggunaan metode dan sarana pengajaran.
4. Mengembangkan metode dan sarana pengajaran yang lebih baik.




[1] Masnur Muslich, Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi, ((Jakarta, Bumi Aksara, 2010)
[2]Ibid, 25.
[3] Ibid, 147-148.
[4] Ibid, 139-140.

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Popular Posts