Adil Dalam Membaca
Oleh: Achmad Mujahid Syayyaf
Ada banyak aktivitas positif yang bisa kita manfaatkan untuk
mengisi waktu kosong. Salah satunya adalah aktivitas membaca, tentunya membaca
yang dimaksud adalah membaca karya-karya media cetak. Media cetak ini terdiri
atas artikel, koran, majalah, buku, kitab dll. Kedengarannya hal sekecil ini
sering disepelekan oleh teman-teman. Orang pandai menulis diawali dengan
membaca, orang bereksperimen diawali dengan membaca, orang berdiskusi diawali
dengan membaca, orang menjadi dosen diawali dengan membaca, orang menjadi
presiden juga diawali dengan membaca, orang bisa membuat buku juga diawali
dengan membaca dan sebagainya.
Jadi ada banyak orang sukses diawali dengan membaca buku, walaupun
aspek-aspek lainnya juga menjadi faktor pendukung kita menjadi sukses, seperti
membaca situasi, membaca fenomena yang berkembang disekitar, membaca pikiran
orang lain dan faktor-faktor pendukung lainnya. Oleh karenanya membaca buku dan
sejenisnya yang merupakan karya media cetak sangat dibutuhkan, apalagi dengan
perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih bisa dimanfaatkan, dengan
membaca buku digital atau artikel-artikel lainnya.
Jordan E. Ayan pernah menyatakan dalam
bukunya yang berjudul ‘Bengkel Kreativitas’ bahwa membaca memiliki dampak
positif bagi perkembangan kecerdasan, yaitu:
1) mempertinggi kecerdasan verbal/linguistik, karena dengan banyak membaca akan
memperkaya kosakata, 2) meningkatkan kecerdasan matematis-logis dengan
“memaksa” kita menalar, mengurutkan dengan teratur dan berpikir logis untuk
dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri, 3) mengembangkan
kecerdasan intrapersonal dengan mendesak kita merenungkan kehidupan dan
mempertimbangkan kembali keputusan akan cita-cita hidup, dan 4) membaca dapat
memicu imajinasi dengan mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya,
lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya (http://www.pemustaka.comhttp://www.pemustaka.com/menumbuhkan-budaya-gemar-membaca-dengan-membangun-perpustakaan-idaman.html).
Pendepat Jordan E. Ayan mempertegas bahwa dengan membaca ada banyak efek positif yang bisa teman-teman dapatkan. Hal ini juga didukung dengan peristiwa turunnya wahyu dari Allah melalui perantara Jibril kepda Nabi Muhammad saw. Jika teman-teman melihat kembali sejarah turunnya wahyu kepada Rasulullah Muhammad saw, malaikat Jibril berkata “Bacalah”, kemudia Nabi bersabda “Aku tidak dapat membaca”, Rasulullah pun melanjutkan, “Lalu Jibril memegangku seraya mendekapku sampai aku merasa kepayahan”. Selanjutnya, Jibril melepaskanku dan berkata, “Bacalah”. Aku tidak dapat membaca jawabku. Kemudian Jibril mendekapku untuk kedua kalinya sampai benar-benar kepayahan. Selanjutnya, ia melepaskan aku lagi seraya berkata, “Bacalah”. Aku tetap menjawab “Aku tidak dapat. Lalu dia mendekapku untuk ketiga kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Setelah itu, dia melepaskanku lagi seraya berkata, “Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang menciptakan”. (Diambil dari Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Alaq: 1).
Pendepat Jordan E. Ayan mempertegas bahwa dengan membaca ada banyak efek positif yang bisa teman-teman dapatkan. Hal ini juga didukung dengan peristiwa turunnya wahyu dari Allah melalui perantara Jibril kepda Nabi Muhammad saw. Jika teman-teman melihat kembali sejarah turunnya wahyu kepada Rasulullah Muhammad saw, malaikat Jibril berkata “Bacalah”, kemudia Nabi bersabda “Aku tidak dapat membaca”, Rasulullah pun melanjutkan, “Lalu Jibril memegangku seraya mendekapku sampai aku merasa kepayahan”. Selanjutnya, Jibril melepaskanku dan berkata, “Bacalah”. Aku tidak dapat membaca jawabku. Kemudian Jibril mendekapku untuk kedua kalinya sampai benar-benar kepayahan. Selanjutnya, ia melepaskan aku lagi seraya berkata, “Bacalah”. Aku tetap menjawab “Aku tidak dapat. Lalu dia mendekapku untuk ketiga kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Setelah itu, dia melepaskanku lagi seraya berkata, “Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang menciptakan”. (Diambil dari Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Alaq: 1).
Dari sepenggal kisah di atas dapat disimpulkan bahwa Allah
SWT juga memerintahkan manusia untuk mencari ilmu dengan mrmbaca. Allah SWT mengajarkan
Nabi Muhammad saw membaca melalui
perantaraan malaikat Jibril, sebelum melaksanakan tugasnya untuk mengajak
umatnya ke jalan yang benar. Dengan membaca akan terbukalah pikiran, maka
benarlah slogan “membaca buku, akan membuka dunia” atau “buku adalah jendela
dunia”. Sebagai umat Islam maka perlu diseimbangkan porsi membaca Al-Qur’an
dengan membaca buku-buku Islam, umum, koran dan tulisan-tulisan lainnya yang
termuat pada media cetak. Jangan sampai tidak ada waktu untuk membaca Al-Qur’an,
perintah Allah dalam surah Al ‘Ankabut ayat 29 yang berbunyi, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran)”. Karena itu adalah kebutuhan teman-teman selaku umat Islam
dan juga jangan dilupakan membaca buku-buku pokok seperti, buku sejarah Nabi
Muhammad, para shahabat, fiqih, aqidah, pemikiran Islam dan sebagainya. Karena
buku-buku tersebut akan menjadi pondasi serta filter kita ditengah-tengah kecanggihan teknologi informasi, yang menibulkan pemikiran
modernisasi, westernisasi, dan globalisasi.
Tetapi disisi lain, sebagai umat Islam
jangan sampai buta terhadap karya-karya bangsa Barat hari ini, jangan sampai kita
menutup diri, hendaknya kita bersikap secara proporsional. Pada abad ke 8
masehi, agama lain (non Islam) melarang pemeluk-pemeluknya membaca kitab-kitab
agama lain, yang berisi keyakinan lain dan memasukkan kitab yang berbahaya ini
kedalam daftar kitab yang tidak diperbolehkan membaca. Sebaliknya khalifah
Islam memberikan kebijakan untuk menterjemahkan kitab-kitab dari bermacam-macam
agama dan madzhab yang ada pada masa itu. Agar dapat dipelajari, dibaca, dan
didiskusikan oleh intelektual muslim pada masa itu.
Berani menempuh ujian, menerima
kebenaran walaupun datangnya dari pihak lain, tidak takut menolak kebatilan
sesudah diperiksa dan diselidiki, walaupun berada pada pihak lain. Ulama-ulama
Islam membaca dan menelaah kitab-kitab Socrates, Plato, Aristoteles, Ptolemeus
dan sebagainya, yang kemudian mereka bersama-sama meringkas, menelaah, dan mendiskusikan
dengan pemikirannya sendiri, dan lahirlah zaman baru yaitu zaman terjemahan
yang melanjutkan penyelidikan yang ada. Yang mengantarkan pada zaman kedua
yaitu zaman filosof Islam (Capita selecta 1, M. Natsir). Tokoh-tokohnya ialah
Ibnu Maskawih, Ibnu Kahldun, Al Farabi, Ibn Sina, Al Kindi, Al Khawaizmi dan
filosof-filosof lainnya.
Teruslah membaca, teruslah berfikir maju untuk memunculkan kembali
sinar-sinar kebaikan yang muncul dari buah fikir maju. Tiada hari tanpa
membaca.
0 komentar:
Post a Comment